Kamis, 21 April 2011

BUDAYA PENGELOLAAN PENDIDIKAN MALAYSIA – INDONESIA


BUDAYA PENGELOLAAN PENDIDIKAN MALAYSIA – INDONESIA
Sebuah Komparasi Sistem Pendidikan Nusantara
Oleh :
RAHMAT HIDAYAT

PENDAHULUAN

Pendidikan yang dalam bahasa Malaysia diistilahkan dengan “pelajaran” dibelahan dunia manapun merupakan susuatu yang sangat urgen dalam kontek pengembangan peradaban suatu bangsa termasuk di Indonesia dan di Malaysia. Maju dan mundurnya suatu bangsa tergantung kepada mutu pendidikan yang di jalankan dan bermuara pada sistem yang dibangun, sehingga pendidikan/pelajaran benar-benar mengendalikan perubahan dan menyelesaikan berbagai permasalahan bangsanya.
Kita perlu belajar sebagai alat instrospeksi dan inovasi dengan cara mendalami dan membandingkan sistem dan dampak dari sistem yang dijalankan dalam pendidikan dari berbagai negara, yang dengan pasti setiap negara memiliki keunggulan dan kelemahan yang berdampak terhadap kualitas dan efektifitas dari sistem yang dijalankan.
Tulisan ini akan mencoba melihat kondisi dari masing-masing negara (Indonesia-Malaysia) sebagai negara bertetangga, kemudian akan dicoba di komparasikan sebagai bahan analisis kritis menuju pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan masing-masing negara (Indonesia-Malaysia)
Tinjauan kritis akan di dalamai dari beberapa aspek yaitu falsafah/tujuan pendidikan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang dijalankan, standar lulusan, manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, guru dan tenaga kependidikan, sistem pembelajaran, sarana pendidikan, biaya pendidikan dan penilaian/peperiksaan yang dijalankan.
Sebagai bahan study kasus akan di sajikan sebuah lembaga pendidikan di Malayasia yaitu Prasekoah, Sekolah Kebangsaan Rendah Sekolah Menengah Kebangsaan di  Putrajaya Persint 14 dan SMK Covenant Kajang
Hasil “pusing-pusing” yang dilakukan sambil “makan angin” selama di Malaysia ini akan membantu pula untuk memperdalam pembahasan ini

ANALISA UMUM SISTEM PENDIDIKAN INDOENSIA MALAYSIA
Saat ini Indonesia telah memiliki undang-undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni UU Nomor 20 Tahun 2003. Dan Malaysia telah memiliki Akta Pendidikan sejak tahun 1996, yakni Akta Pendidikan 550. Akta Pendidikan tersebut disusun untuk menyambut kedatangan milenium ketiga, abad ke-21. Melalui Akta Pendidikan 550 Malaysia dengan tegar telah mencanangkan diri menjadi negara yang unggul dalam bidang pendidikan (educational excellence) di kawasan Asia Pasifik. Hal ini sejalan dengan visi Malaysia tahun 2020, yakni menjadi negara yang bebas, maju, dan modern.
Dua aspek yang pasti ada dalam undang-undang sistem pendidikan nasional adalah tentang dasar dan tujuan pendidikan nasional, yang dirumuskan dengan amat teliti, karena akan digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan oleh para praktisi, pegiat pendidikan, semua stakeholder pendidikan. Tulisan sederhana ini akan membahas hal-hal yang bersifat konseptual, yakni membandingkan sistem pendidikan yang meliputi dasar dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia dan Malaysia, yang dikutip dari sumber utama, yakni undang-undang pendidikan tentang sistem pendidikan nasional di dua negara yang bersangkutan.


Falsafah Pendidikan Negara, Pengertian Pendidikan, Dasar Pendidikan, dan Tujuan Pendidikan Negara di Malaysia
Malaysia telah merumuskan Falsafah Pendidikan Negara sejak diberlakukannya Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM) pada tahun 1988. Dalam Falsafah Pendidikan Negara itulah, kita dapat memperoleh rumusan formal tentang (1) pengertian pendidikan nasional, (2) dasar pendidikan, dan (3) tujuan pendidikan nasional. Meski Indonesia tidak memiliki rumusan formal tentang Falsafah Pendidikan Negara, namun hal itu tidak berarti Indonesia sama tidak memiliki pengertian pendidikan nasional dan tujuan pendidikan nasional seperti Malaysia.
Malaysia tidak secara eksplisit menyebutkan adanya dasar pendidikan, misalnya dengan menyebutkan ‘Rukun Negara’ sebagai dasar pendidikan negara, seperti Indonesia menyebutkan Pancasila sebagai dasar pendidikan nasional. Sebagaimana kita ketahui, jika Indonesia memiliki Pancasila, maka Malaysia juga memiliki Rukun Negara, yang keberadaannya hampir sama dengan Pancasila di Indonesia. Jelasnya, Pancasila secara resmi adalah dasar negara, dan sekaligus sebagai dasar pendidikan nasional. Malaysia tidak menyebutkan secara resmi Rukun Negara sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan. Lebih dari itu, Rukun Negara Malaysia juga tidak terdapat secara resmi ada dalam konstitusi negara, karena Rukun Negara di Malaysia baru dirumuskan pada tahun 1970, yakni selepas Malaysia mengalami huru-hara etnis yang luar biasa, yakni tanggal 13 Mei 1969. Sedangkan Malaysia telah lahir jauh setelah Malaysia berhasil mengambil alih pemerintahan Inggris pada tahun 1957. Rukun Negara ini tidak dipandang sebagai dasar negara Malaysia, karena Konstitusi Malaysia telah menyatakan dengan tegas bahwa ‘Islam sebagai agama negara’. Sudah barang tentu dasar negara Malaysia adalah Islam. Sementara Rukun Negara Malaysia yang diciptakan pada tahun1970 tersebut adalah berkedudukan sebagai ‘tata cara dalam usaha mencapai kesepakatan dan perpaduan seluruh rakyat Malaysia, di samping mencapai kestabilan politik, kemajuan ekonomi dan sosial serta pembangunan insan’.
Rumusan Pancasila di Indonesia dan Rukun Negara di Malaysia dapat dibandingkan sebagai  berikut:
Pancasila (Indonesia) lahir tahun 1945, artinya  Lima dasar atau sila yaitu :
  • Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Kemanusiaan yang adil dan beradab
  • Persatuan Indonesia
  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia
Rukun Negara (Malaysia) lahir tahun 1970 artinya Lima prinsip atau tata cara yaitu
  • Kepercayaan kepada Tuhan
  • Kesetiaan kepada raja dan negara
  • Keluhuran perlembagaan
  • Kedaulatan undang-undang
  • Kesopanan dan Kesusilaan
(Sumber: Yaakub Isa, Almanak Pendidikan, hal. 255; Akta Pendidikan 1996 (Akta 550).)
Jika Indonesia memang telah menyebutkan secara resmi Pancasila sebagai dasar negara dan sekaligus dasar pendidikan nasional, maka Malaysia secara resmi tidak menyebutkan Rukun Negara sebagai dasar pendidikan negara. Jelasnya, Indonesia tidak merumuskan Falsafah Pendidikan Nasionalnya secara tertulis, kecuali hanya menyebutkan Pancasila sebagai dasar pendidikan nasional. Hal ini berbeda dengan Malaysia yang tidak menyebutkan Rukun Negara sebagai dasar pendidikan negara, tetapi telah merumuskan secara tertulis Falsafah Pendidikan Negara, yang rumusannya sebagai berikut:
‘Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran masyarakat dan negara’.
Berdasarkan Falsafah Pendidikan Negara tersebut tampak jelas tentang beberapa hal sebagai berikut. Pertama, pengertian pendidikan di Malaysia sebagai usaha berterusan ke arah memperkembankan lagi potensi individu secara menyeluruah dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Kedua, dasar pendidikan nasional Malaysia adalah ‘kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan’. Ketiga, tujuan pendidikan nasional Malaysia adalah ‘melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran masyarakat dan negara’
Sistem Pendidikan Nasional, Dasar Pendidikan, dan Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
Istilah Falsafah Pendidikan Nasional tidak dapat ditemukan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, dan juga tidak dalam undang-undang tentang sistem pendidikan sebelumnya. Dengan kata lain, rumusan falsafah pendidikan nasional memang tidak ada secara tersurat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional atau produk hukum yang lainnya. Namun demikian, hal itu bukan berarti Indonesia tidak memiliki dasar pendidikan nasional dan tujuan pendidikan nasional, karena dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional di Indonesia jelas tercantum tentang (1) rumusan tentang pendidikan dan pendidikan nasional, (2) dasar pendidikan nasional, dan (3) fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Bahkan, Indonesia juga telah merumuskan apa yang disebut sebagai sistem pendidikan nasional, serta prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pertama, pengertian pendidikan dirumuskan sebagai berikut: ‘pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negaranya’ (Pasal 1, butir 1). Rumusan ini sebenarnya sama sekali tidak kalah jika dibandingkan dengan rumusan tentang pendidikan yang tertuang dalam Falsafah Pendidikan Negara tersebut. Hanya saja, rumusan Malaysia terasa lebih konsisten tentang penyebutan ‘mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani’. Sementara rumusan Indonesia agak kurang konsisten karena adanya kerancuan dalam penyebutan istilah ‘kecerdasan’, dengan istilah ‘kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri dan kepribadian’ yang pada hakikatnya juga terkait dengan kecerdasan itu sendiri. Selain itu, pengertian pendidikan itu juga tidak menyebutkan aspek jasmani, sebagaimana disebutkan dalam pengertian pendidikan dalam Akta Pendidikan di Malaysia.
Kedua, rumusan tentang dasar pendidikan disebutkan sebagai berikut: ‘pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945′ (Pasal 2). Rumusan seperti ini tidak ada dalam Falsafah Pendidikan Negara di Malaysia. Juga tidak ada dalam rumusan Akta Pendidikan 1966 di Malaysia.
Ketiga, rumusan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 sebagai berikut :
‘Pendidikan nasional berfungsi mengembankan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yag bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’.
Kalimat panjang tersebut memuat fungsi dan sekaligus tujuan pendidikan nasional. Pertama rumusan tentang fungsi pendidikan ‘Pendidikan nasional berfungsi mengembankan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yag bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa’. Kedua, rumusan tentang tujuan pendidikan nasional, yakni ‘bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’
TINJAUAN SISTEM PENDIDIKAN DUA NEGARA NUSANTARA

A.     FALSAFAH PENDIDIKAN                                              
1.      Indonesia
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan  akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.      Malaysia
Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepadaTuhan. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran masyarakat dan negara

B.      JALUR JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN
1.      Indonesia
Jenjang Pendidikan :

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar :
a)      Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
b)      Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan Menengah :
a)      Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
b)      Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
c)      Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan Tinggi :
a)      Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
b)      Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
c)      Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
d)      Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
e)      Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
f)       Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakannya.
g)      Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
h)       Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
i)        Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
j)        Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau penyelenggara pendidikan bukan perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa penutupan penyelenggaraan pendidikan.
k)      Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan tidak sah.
l)        Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
m)   Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau profesor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
n)      Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi.
o)      Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan.
p)      Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
q)      Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
r)       Perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
s)       Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
t)       Ketentuan mengenai persyaratan kelulusan dan pencabutan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Jenis pendidikan :

a)      Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
b)      Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Jalur Pendidikan :
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, setiap jalur pendidikan tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.

Pendidikan Nonformal
a.      Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
b)      Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
c)      Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
d)      Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
e)      Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
f)       Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pendidikan Informal

a.      Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
b.      Hasil pendidikan pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Pendidikan Anak Usia Dini

a.      Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
b.      Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
c.       Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
d.      Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
e.      Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Pendidikan Kedinasan
a.      Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
b.      Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
c.       Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan Keagamaan
a.      Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b.      Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
c.       Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
d.      Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

Pendidikan Jarak Jauh
a.      Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
b.      Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
c.       Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.
a.      Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
b.      Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

2.      Malaysia
Sistem Pendidikan Kebangsaan di peringkat sekolah di bawah Kategori Institusi Pendidikan Kerajaan terdiri daripada:

(a) Pendidikan Prasekolah
     Program pendidikan bagi murid yang berumur dari empat hingga enam tahun;

(b) Pendidikan Rendah
·         Kursus pengajian pada peringkat rendah yang direncanakan bagitempoh enam tahun tetapi yang boleh tamat diikuti dalam tempoh antaralima hinggah tujuh tahun;
·         Ia terdiri daripada sekolah kebangsaan atau sekolah jenis kebangsaan;
            (c) Pendidikan Menengah
·         Pendidikan yang terdiri daripada pendidikan menengah rendah dan menengah atas;
·         Pendidikan menengah yang diadakan terdiri daripada :
1.      sekolah akademik
2.      sekolah teknik dan vokasional
3.      sekolah kebangsaan agama
(d) Pendidikan Lepas Menengah
Pendidikan yang disediakan untuk seseorang yang sudah tamatmengikuti pendidikan menengah rendah dan menengah atas, tetapi tidaktermasuk pendidikan tinggi.

C.      STANDAR LULUSAN
1.      Indonesia
Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya adalah:
SD/MI/SDLB*/Paket A
a.      Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
b.      Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
c.       Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
d.      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
e.      Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
f.        Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik
g.      Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
h.      Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
i.        Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
j.        Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
k.       Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia
l.        Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
m.    Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
n.      Berkomunikasi secara jelas dan santun
o.      Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
p.      Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
q.      Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung

SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
a.      Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja
b.      Menunjukkan sikap percaya diri
c.       Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas
d.      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional
e.      Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif
f.        Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
g.      Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
h.      Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
i.        Mendeskripsi gejala alam dan sosial
j.        Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
k.       Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
l.        Menghargai karya seni dan budaya nasional
m.    Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
n.      Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
o.      Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
p.      Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
q.      Menghargai adanya perbedaan pendapat
r.       Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
s.       Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana
t.        Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah

SMA/MA/SMALB*/Paket C
1.      Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
2.      Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3.      Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
4.      Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5.      Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
6.      Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
7.      Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
8.      Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
9.      Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
10.  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
11.  Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12.  Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13.  Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14.  Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15.  Mengapresiasi karya seni dan budaya
16.  Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17.  Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
18.  Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19.  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
20.  Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21.  Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
22.  Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23.  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi

SMK/MAK
1.      Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
2.      Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3.      Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
4.      Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5.      Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
6.      Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
7.      Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
8.      Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
9.      Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
10.  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
11.  Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12.  Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13.  Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14.  Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15.  Mengapresiasi karya seni dan budaya
16.  Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17.  Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
18.  Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19.  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
20.  Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21.  Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
22.  Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23.  Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya


2.      Malaysia
OBJEKTIF PENDIDIKAN PRASEKOLAH
a.        Mempunyai sifat peribadi, perwatakan dan konsep diri yang positif untuk menjadi warganegara yang patriotik,
b.       Menggunakan Bahasa Melayu dengan betul dan memperkembangkan kemahiran berbahasa dan berkomunikasi,
c.        Menggunakan Bahasa Inggeris dalam kehidupan seharian selaras dengan kedudukannya sebagai bahasa kedua,
d.       Mengamalkan nilai-nilai murni dalam kehidupan seharian berasaskan ajaran agama,
e.       Mempunyai kemahiran kognitif untuk berfikir dan menyelesaikan masalah,
f.         Mempunyai kematangan emosi dan kemahiran sosial,
g.        Mempratikkan amalan kesihatan dan keselamatan yang baik,
h.       Mempunyai daya kreativiti dan estetika untuk menghargai keindahan alam dan warisan budaya.


OBJEKTIF HOME SCHOOLING PENDIDIKAN RENDAH

a.      Memberi peluang kepada kanak-kanak yang menhadapi masalah kesihatan yang kronik dan memerlukam penjagaan yang rapi oleh ibu bapa untuk mendapat pendidikan formal di rumah.
b.      Memastikan tidak berlaku keciciran kepada kanak-kanak untuk memperolehi pendidikan wajib seperti dalam Akta Pendidikan 1996.
c.       Mendidik ibu bapa supaya menjalankan tanggungjawab mereka untuk menyekolahkan anak.

OBJEKTIF PENDIDIKAN TEKNIK DAN VOKASIONAL

Menghasilkan pendidikan teknikal dan vokasional yang berkualiti melalui:
a.      Penyelarasan dasar pengoperasian, pembangunan prasarana fizikal dan penyediaan fasiliti.
b.      Program pengurusan akademik yang terancang dan efektif untuk kemenjadian murid.
c.       Pengurusan sumber manusia, kewangan, pentadbiran dan hal ehwal murid yang berkesan.
d.      Pembangunan profesionalisme berterusan yang terancang untuk guru dan pegawai.


OBJEKTIF PENDIDIKAN MENENGAH KEBANGSAAN AGAMA

a.      Mencapai kecemerlangan kurikulum dank o-kurikulum
b.      Melahirkan pelajar yang mengamalkan akhlak mulia
c.       Membentuk generasi pelajar sebagai pemimpin yang boleh diteladani
d.      Melahirkan pelajar yang mempunyai ketahan diri dalam menghadapi cabaran budaya yang bercanggah dengan nilai-nilai Islam
e.      Menyediakan pelajar yang dapat member sumbangan yang berkesan bagi memenuhi keperluan Negara dan ummah

OBJEKTIF SEKOLAH SENI

a.      Melahirkan murid yang seimbang dalam pencapaian akademik dan kesenian.
b.      Melahirkan murid yang berilmu dan berketrampilan dalam bidang kesenian
c.       Menjadi tapak semaian kecemerlangan pendidikan kesenian yang beridentiti di peringkat antarabangsa.
d.      Melahirkan penggiat seni dan pengamal budaya yang bersahsiah tinggi.
e.      Melahirkan individu yang berjiwa seni dan dapat memelihara budaya bangsa.

D.     MANAJEMEN PESERTA DIDIK
1.      Indonesia
Di Indonesia usia sekolah dimulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) , Pendidikan Dasar (SD/MI, SMP/MTs), Pendidikan Menengah  (SMA/MA, SMK/MAK) dan Pendidikan Tinggi dengan rentang Usia peserta didik sebagai berikut :
a.          Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 3 tahun s.d 6 tahun,
b.          Sekolah Dasar 7 tahun sampai umur 12 tahun ,
c.           Sekolah Menengah Pertama Usia 13 tahun s.d 15 tahun,
d.          Sekolah Menengah Atas usia 16 tahun  18 tahun dan
e.          Pendidikan Tinggi Usia 18 tahun ke atas.
Bagi warga negara yang tidak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah sesuai dengan batas usia di atas maka disediakan sekolah dalam bentuk pendidikan kesetaraan / paket mulai dari paket A untuk setara  SD, paket B untuk setara SMP dan Paket C untuk setara SMA.
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan be­lajar adalah:
a.      SD/MI        : 28 peserta didik
b.      SMP/MT    : 32 peserta didik
c.       SMA/MA   : 32 peserta didik
d.      SMK/MAK : 32 peserta didik
Setiap perpindahan jenjang dilakukan penilaian dalam bentuk Ujian yang terdiri dari Ujian Sekolah/Madarsah, Ujian Sekolah/Madrasah Berstandar Nasional dan Ujian Nasional.


2.      Malaysia
PENDIDIKAN PRA SEKOLAH
a.      Keutamaan kepada kanak-kanak yang berumur lima (5) hingga enam (6) tahun pada hari pertama bulan Januari dalam tahun persekolahan semasa.
b.      Keutamaan pemilihan adalah berdasarkan merit pendapatan ibu bapa/penjaga berdasarkan tanggungan keluarga dan lokasi.
c.       Jumlah maksimum bilangan murid bagi setiap kelas tidak melebihi 25 orang.

PENDIDIKAN RENDAH
a.      Umur siswa mulai dari 7 tahun dan belajar selama 6 tahun di akhiri dengan Ujian Pencapaian Sekolah Rendah (UPSR).
b.      Setiap rombongan belajar sebanyak 25 orang siswa
c.       Setiap siswa mendapat bantuan buku teks, makanan tambahan, beasiswa, dan pakaian seragam
d.      Bagi siswa yang mempunyai masalah kesihatan kronik dan memerlukan jagaan rapi oleh pihak penjaga maka diberikan pendidikan home schooling.
e.      Jumlah Siswa pada setiap Rombongan belajar antara 25 s.d 35 orang

PENDIDIKAN MENENGAH
a.      Selepas UPSR, murid-murid berpeluang untuk melanjutkan pelajaran ke peringkat sekolah menengah. Pendidikan menengah terbahagi kepada dua peringkat:
-       Pendidikan Menengah Rendah (Tingkatan 1 hingga Tingkatan 3)
-       Pendidikan Menengah Atas (Tingkatan 4 hingga Tingkatan 5)
b.      Pada pengajian murid-murid di Tingkatan 3, mereka akan dinilai melalui peperiksaan Penilaian Menengah Rendah (PMR).
c.       Setelah tamat Pendidikan Menengah Rendah, murid-murid akan berpeluang melanjutkan pelajaran ke Menengah Atas selama 2 tahun (Tingkatan 4- Tingkatan 5)
d.      Sejak pelaksanaan sijil terbuka, murid-murid perlu mengambil empat subjek wajib iaitu Bahasa Melayu, Bahasa Inggeris, Matematik, Pendidikan Islam atau Moral dan Sejarah
e.      Bagi anak-anak yang memilki  permasalahan dalam Sindrom Down, Autisme ringan, Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Terencat akal minimum, dan, Bermasalah pembelajaran spesifik (contoh: Disleksia) diberikan pendidikan khasa (khusus), termasuk bagi murid yang meemiliki lermasalahan penglihatan dan pendengaran.
f.        Pendidikan Khas diberikan untuk menekankan kepada perkembangan jasmani, emosi, rohani dan intelek supaya murid-murid ini boleh mendapat pendidikan ke peringkat yang tertinggi bagi membolehkan mereka mendapatkan pekerjaan dan hidup berdikari
g.      Murid-murid yang telah tamat pengajian menengah atas dan telah menduduki peperiksaan SPM boleh meneruskan pengajian ke tahap pendidikan tinggi

PENDIDIKAN TINGGI
a.      Pengajian Tingkatan 6 mengambil masa dua tahun (Tingkatan 6 Bawah dan Tingkatan 6 Atas). Pelajar yang layak akan menerima surat tawaran dari Jabatan Pendidikan Negeri. Terdapat dua jurusan yang ditawarkan di Tingkatan 6:
·         Kemanusiaan
·         Sains
b.      Pada akhir Tingkatan 6, pelajar akan dinilai melalui peperiksaan Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM).



E.      MANAJEMEN KURIKULUM
1.      Indonesia
PENDIDIKAN PRA SEKOLAH
Ruang lingkup Kurikulum TK dan RA meliputi aspek perkembangan:
a.      Moral dan Nilai-nilai Agama.
b.      Sosial, Emosional dan Kemandirian.
c.       Kemampuan Berbahasa.
d.      Kognitif.
e.      Fisik/motorik, dan
f.        Seni.

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
SD/MI
Mata pelajaran :
a.      Pendidikan Agama Islam (Qur’an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab untuk MI)
b.      Pendidikan Kewarganegaraan
c.       Bahasa Indonesia
d.      Matematika
e.      Ilmu Pengetahuan Alam
f.        Ilmu Pengetahuan Sosial
g.      Seni Budaya dan Ketrampilan
h.      Pendidikan Jasmani olahrag dan kesehatan
Muatan Lokal :
a.      Bahasa Sunda
b.      Bahasa Inggris
SMP/MTs
 Mata pelajaran :
a.      Pendidikan Agama Islam (Qur’an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab untuk MTs)
b.      Pendidikan Kewarganegaraan
c.       Bahasa Indonesia
d.      Matematika
e.      Ilmu Pengetahuan Alam
f.        Ilmu Pengetahuan Sosial
g.      Seni Budaya dan Ketrampilan
h.      Pendidikan Jasmani olahrag dan kesehatan
Muatan Lokal :
a.        Bahasa Sunda
b.        Bahasa Inggris
SMA/MA
Mata Pelajaran
1.      Pendidikan Agama Islam (Qur’an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab untuk MTs)
2.      Pendidikan Kewarganegaraan
3.      Bahasa Indonesia
4.      Bahasa Inggris
5.      Matematika
6.      Fisika
7.      Kimia
8.      Biologi
9.      Geografi
10.  Sejarah
11.  Ekonomi
12.  Sosiologi
13.  Seni Budaya
14.  Pendidikan Jasmani olahrag dan kesehatan
15.  Teknologi Informasi dan komunikasi
16.  Keterampilan/bahsa asing

Muatan Lokal
2.      Malaysia
PENDIDIKAN PRA SEKOLAH
Komponen:
1. Bahasa dan Komunikasi
 2. Perkembangan Kognitif
 3. Kerohanian dan Moral
 4. Perkembangan Sosioemosi
 5. Perkembangan Fizikal
 6. Kreativiti dan Estatik

SEKOLAH KEBANGSAAN
Tahap 1 – Tahun ke 1 s.d 3
 Mata Pelajaran Teras:
1. Bahasa Melayu
2. English Language
3. Bahasa Cina (SJKC)
4. Bahasa Tamil (SJKT)
5.. Mathematics
6. Science
7. Pendidikan Islam
 8. Pendidikan Moral

Mata Pelajaran Wajib:

1. Pendidikan Jasmani
2. Pendidikan Kesihatan
3. Pendidikan Seni Visual
4. Pendidikan Muzik

Mata Pelajaran Tambahan:

1. Bahasa Cina Komunikasi
2. Bahasa Tamil Komunikasi
3. Bahasa Arab Komunikasi
4. Bahasa Iban (bermula tahun 3)
5. Bahasa Semai (bermula tahun 3)

TAHAP 2 - Tahun 4 - 6

 Mata Pelajaran Teras:

1. Bahasa Melayu
2. English Language
3. Bahasa Cina (SJKC)
4. Bahasa Tamil (SJKT)
5. Mathematics
6. Science
7. Kajian Tempatan
8. Pendidikan Islam
9. Pendidikan Moral
10. Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan

Mata Pelajaran Wajib:

1. Pendidikan Jasmani
2. Pendidikan Kesihatan
3. Kemahiran Hidup
4. Pendidikan Seni Visual
5. Pendidikan Muzik

Mata Pelajaran Tambahan:

1. Bahasa Cina Komunikasi
2. Bahasa Tamil Komunikasi
3. Bahasa Arab Komunikasi
4. Bahasa Iban
5. Bahasa Kadazandusun
6. Bahasa Semai.

SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN
Peringkat Menengah Rendah: Tingkatan 1 – 3
Mata Pelajaran Teras:
 1. Bahasa Melayu
 2. English Language
 3. Mathematics
 4. Science
 5. Sejarah
 6. Pendidikan Islam
 7. Pendidikan Moral
 8. Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan.

Mata Pelajaran Wajib:

1. Geografi
2. Pendidikan Jasmani
3. Pendidikan Kesihatan
4. Kemahiran Hidup
5. Pendidikan Seni Visual
6. Pendidikan Muzik.

Mata Pelajaran Tambahan:

1. Bahasa Cina
2. Bahasa Tamil
3. Bahasa Arab
4. Bahasa Iban
5. Bahasa Kadazandusun
6. Bahasa Jepun
7. Bahasa Perancis
8. Bahasa Jerman

Peringkat Menengah Atas: Tingkatan 4 - 5
Mata Pelajaran Teras:

  1. Bahasa Melayu
  2. English Language
  3. Mathematics
  4. Science
  5. Sejarah
  6. Pendidikan Islam
  7. Pendidikan Moral
  8. Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan.

  Mata Pelajaran Wajib:

  1. Pendidikan Jasmani
   2. Pendidikan Kesihatan

  Mata Pelajaran Tambahan:

  1. Bahasa Cina
  2. Bahasa Tamil
  3. Bahasa Arab
  4. Bahasa Iban
  5. Bahasa Kadazandusun
  6. Bahasa Jepun
  7. Bahasa Perancis
  8. Bahasa Jerman
  
Mata Pelajaran Elektif:

1. Kesusasteraan Melayu
2. Literature in English
3. English for Science and Technology
4. Pendidikan Seni Visual
5. Pendidikan Muzik
6. Geografi
7. Ekonomi Asas
8. Additional Mathematics
9. Additional Science
10. Physics
11. Chemistry
12. Biology
13. Information and Communication Technology
14. Reka Cipta
15. Sains Sukan
16. Pembinaan Domestik
17. Membuat Perabot
18. Seni Reka Tanda
19. Kerja Paip Domestik
20. Pendawaian Domestik
21. Kimpalan Arka dan Gas
22. Menservis Automobil
23. Menservis Motosikal
24. Menservis Peralatan Penyejukan dan Penyamanan Udara
 25. Menservis Peralatan Elektrik Domestik
 26. Rekaan dan Jahitan Pakaian
27. Katering dan Penyajian
28. Pemprosesan Makanan
29. Penjagaan Muka dan Dandanan Rambut
30. Hiasan Dalaman Asas
31. Asuhan dan Pendidikan Awal Kanak-Kanak
32. Gerontologi Asas dan Perkhidmatan Geriatrik
33. Landskap dan Nurseri
34. Akuakultur dan Haiwan Rekreasi
35. Tanaman Makanan
36. Grafik Berkomputer
37. Produksi Multimedia
38. Mechanical Engineering Studies
39. Civil Engineering Studies
40. Electrical & Electronic Engineering Studies
41. Engineering Drawing
42. Pengajian Agroteknologi
43. Sains Pertanian
44. Pengajian Keusahawanan
45. Perdagangan
46. Prinsip Perakaunan
47. Pengajian Pakaian
48. Pengurusan Makanan
49. Ekonomi Rumah Tangga
50. Engineering Technology
51. Fundamentals of Programming
52. Program and Development Tools
53. Pola Pakaian
54. Membuat Pakaian
55. Roti & Makanan Yis
56. Patisserie
57. Penyediaan Masakan Barat & Timur
58. Penyediaan Makanan & Minuman
59. Persolekan
60. Dandanan Rambut
61. Pengajian Perkembangan Kanak-Kanak
62. Perkhidmatan Awal Kanak-Kanak
63. Bahan Binaan
64. Teknologi Binaan
65. Prinsip Elektrik & Elektronik
66. Aplikasi Elektrik & Elektronik
67. Pemesinan Berkomputer
68. Amalan Bengkel Mekanikal
69. Penyejukan
70. Penyamanan Udara
71. Automotif Kenderaan
72. Automotif Elektrik dan Disel
73. Kimpalan Arka
74. Kimpalan Gas
75. Kejenteraan Pertanian
76. Hortikultur Hiasan & Lanskap
77. Pengeluaran Tanaman
78. Pemprosesan Hasil Pertanian
79. Pengeluaran Ternakan
80. Teknologi Pejabat Perniagaan
81. Aplikasi Komputer Dalam Perniagaan
82. Perakaunan Perniagaan
83. Applied Science
84. Animasi dan Rekabentuk Penerbitan
85. Penerbitan Multimedia Kreatif
86. Sistem Sokongan Komputer
87. Sistem Sokongan Rangkaian
88. Asas Kemahiran Pelancongan
89. Pelancongan dan Rekreasi
90. Bahasa Arab Tinggi
91. Tasawwur Islam
92. Pendidikan Al-Quran dan As-Sunnah
93. Pendidikan Syariah Islamiah

F.       GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1.      Indonesia
Jenis guru berdasarkan Status Kepegawaian :
1.      Guru yang berstatus Pegawai Negeri
2.      Guru bukan Pegawai negeri yang diangkat oleh yayasan/ penyelenggara satuan pendidikan
Jenis guru berdasarkan Kompetensi :
1.      Guru yang sudah memiliki sertifikat dan
2.      Guru yang belum memiliki sertifikat

Gaji Guru terdiri dari :
a.      Gaji Pokok
b.      Tunjangan Fungsional
c.       Tunjangan Propesional (bagi guru yang bersertifikat)
d.      Tunjangan guru terpencil

2.      Malaysia
Jenis guru :
a.      Guru Sandaran adalah seseorang yang diambil bertugas sebagai guru di bawah Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM) untuk sesuatu tempoh bagi mengisi kekosongan hakiki dan ianya belum lagi dilantik oleh Suruhanjaya Perkhidmatan Pelajaran sebagai Pegawai Perkhidmatan Pendidikan (PPP). Upahan yang diterima oleh seseorang Guru Sandaran adalah dalam bentuk elaun bulanan sahaja.
b.      Seseorang Guru Sandaran Terlatih (GST) selain daripada memiliki kejayaan akademik yang diiktiraf oleh Kerajaan, mestilah juga mempunyai kelayakan ikhtisas yang telah diiktiraf serta kelayakan Bahasa Malaysia. Perlantikan mereka adalah diuruskan oleh KPM khususnya Bahagian Sumber Manusia.
c.       Seseorang Guru Sandaran Tidak Terlatih (GSTT) hanya memiliki kelayakan akademik dan kelayakan Bahasa Malaysia sahaja. Perlantikan mereka adalah diuruskan oleh Jabatan Pelajaran Negeri (JPN) atau Jabatan/Bahagian berkaitan seperti Bahagian Sumber Manusia, Jabatan Pendidikan Islam dan Moral dan Jabatan Pendidikan Khas, KPM dan Jabatan Pengajian Politeknik dan Kolej Komuniti, Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia (KPTM)

Gaji Guru :
Bil
Kelayakan
Gred Gaji
Tangga Elaun
1
Ijazah Kepujian
DC41
T5 RM 1653.73 – T10 RM 2046.98

2
Ijazah Am
DC 41
T3 RM1496.43 – T10 RM 2046.98

3
Kursus Perguruan Lepasan Diploma (Diploma Biasa / Diploma KUiTTHO )
DB29
T1 RM1172.97 –
T6 RM 1433.12

4
Kursus Perguruan Lepasan Diploma (Diploma Profesional)
DBA29
T1 RM1225.00 –
T5 RM 1485.15

5
Diploma Perguruan Malaysia (Kursus Diploma Perguruan Malaysia / Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia)
DB27
T1 RM963.64 –
T5 RM 1283.08
6
Sijil Pelajaran Malaysia
DB17
T1 RM656.30 –
T5 RM 895.88



G.     SISTEM PEMBELAJARAN
1.      Indonesia
Beban Belajar :
Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
a.       SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;
b.      SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit;
c.       SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.
Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a.          Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB:
1)      Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;
2)      Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.
b.      Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran.
c.       Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK adalah 38 s.d. 39  jam pembelajaran.

Pola Pembelajaran :
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a.      Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1)     melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2)     menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3)     memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4)     melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5)     memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
b.      Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1)     membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)     memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3)     memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)     memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5)     memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6)     memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7)     memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
8)     memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
9)     memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c.       Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1)     memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2)     memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3)     memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4)     memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a)      berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b)      membantu menyelesaikan masalah;
c)      memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d)      memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e)      memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.


2.      Malaysia
BEBAN BELAJAR
a.      Pada Sekolah Rendah Kebangsaan n waktu tatap muka selama 30 menit setiap jam pelajaran
b.      Pada  Sekolah menengah kebangsaan waktu tatap muka selama 40 menit setiap jam pelajaran
POLA PEMBELAJARAN
a.      Pembelajaran menggunakan metode interaktif dengan penggunaan media pembelajaran secara optimal
b.      Pola pembelajaran dengan menggunakan kelas berpindah


H.     SARANA PENDIDIKAN
1.      Indonesia
PENDIDIKAN DASAR SD/MI
Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1.         ruang kelas,                                             
2.         ruang perpustakaan,                            
3.         laboratorium IPA,
4.         ruang pimpinan,
5.         ruang guru,                              
6.         tempat beribadah,
7.         ruang UKS,
8.         jamban,
9.         gudang,
10.      ruang sirkulasi,
11.      tempat bermain/berolahraga

PENDIDIKAN DASAR SMP/MTs
Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1.         ruang kelas,                                             
2.         ruang perpustakaan,                            
3.         ruang laboratorium IPA,
4.         ruang pimpinan,
5.         ruang guru,
6.         ruang tata usaha,                   
7.         tempat beribadah,
8.         ruang konseling,
9.         ruang UKS,
10.      ruang organisasi kesiswaan,
11.      jamban,
12.      gudang,
13.      ruang sirkulasi,
14.      tempat bermain/berolahraga.

PENDIDIKAN MENENGAH
Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1.       ruang kelas,                                             
2.       ruang perpustakaan,                            
3.       ruang laboratorium biologi,
4.       ruang laboratorium fisika,
5.       ruang laboratorium kimia,
6.       ruang laboratorium komputer,
7.       ruang laboratorium bahasa,
8.       ruang pimpinan,
9.       ruang guru,
10.   ruang tata usaha,                   
11.   tempat beribadah,
12.   ruang konseling,
13.   ruang UKS,
14.   ruang organisasi kesiswaan,
15.   jamban,
16.   gudang,
17.   ruang sirkulasi,
18.   tempat bermain/berolahraga

2.      Malaysia




I.        BIAYA PENDIDIKAN
1.      Indonesia
KOMPONEN BIAYA PENDIDIKAN
a.      Biaya Pengadaan
b.      Biaya Belanja pegawai
c.       Biaya habis pakai
d.      Biaya pemeliharaan
e.      Biaya bantuan buku teks mata pelajaran

SUMBER DANA PENDIDIKAN
a.      Bantuan pemerintah
b.      Bantuan orang tua
c.       Bantuan masyarakat

2.      Malaysia
KOMPONEN BIAYA PENDIDIKAN
a.      Biaya Pengadaan
b.      Biaya Belanja pega
c.       Baiya habis pakai
d.      Biaya pemeliharaan
e.      Biaya bantuan buku teks pelajaran
f.        Biaya pemberian makanan

SUMBER DANA PENDIDIKAN
a.      Bantuan pemerintah
b.      Bantuan orang tua

J.        PENILAIAN/PEPERIKSAAN
1.      Indoensia
a.      Penilaian pendidikan dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan negara
b.      Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik
c.       Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara_ periodik untuk me~~gukur pencapaian kompetensi peserta did 1k setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih
d.      Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut
e.       Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut
f.        Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut
g.      Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari sat-jan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah
h.      Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adala-h kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mats pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan

2.      Malaysia
a.      UPSR - Ujian Pencapaian Sekolah Rendah
b.      PMR - Penilaian Menengah Rendah
c.       SPM - Sijil Pelajaran Malaysia
d.      SPM (U) - Sijil Pelajaran Malaysia (Ulangan)
e.      STAM - Sijil Tinggi Agama Malaysia
f.        STPM - Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia


K.      PENUTUP
Dengan membandingkan dan menyandingkan sistem pendidikan nasional di Indonesia dan Malaysia di atas kita dapat menyadari bahwa kedua sistem pendidikan untuk masing-masing negara tersebut sudah dirumuskan secara demokratis, karena telah dirumuskan bersama antara pihak pemerintah (eksekutif) dan wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif. Namun demikian, boleh jadi keduanya juga berkemungkinan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.